Habitat Rafflesia Arnoldii di Kepahiang Terancam Punah Akibat Alih Fungsi Lahan Sawit dan Kopi
Kepahiang, Darahjuang.online – Komunitas Peduli Puspa Langka (KPPL) Kepahiang Alami merilis data terbaru yang mengkhawatirkan, dari sembilan titik habitat Rafflesia arnoldii yang pernah tercatat di Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu, kini hanya enam yang tersisa. Tiga lokasi lainnya telah lenyap karena konversi hutan lindung menjadi perkebunan sawit, kopi, dan lahan pribadi.
Diketahui Rafflesia arnoldii merupakan bunga raksasa ikon Provinsi Bengkulu yang dikenal sebagai pusaka langka dunia, kini berada di ambang kepunahan lokal. Spesies parasit ini bergantung sepenuhnya pada vegetasi inang seperti akar pohon liana di hutan primer. Hilangnya tutupan hutan berarti hilangnya peluang reproduksi bagi bunga yang bisa berdiameter hingga satu meter ini.
Tiga Habitat Hilang Total, Enam Lainnya Terancam.
Berdasarkan survei lapangan KPPL menggunakan GPS dan citra satelit tahun 2024, tiga titik habitat telah berubah drastis yaitu Desa Tanjung Alam, Kec. Ujan Mas, Desa Tebat Monno, Kec. Kepahiang, dan Dusun Karang Anyar, Kec. Kepahiang.
Sementara enam titik yang tersisa dan masih bertahan, namun dalam kondisi rawan yaitu Desa Tanjung Alam (3 titik) – Kebun masyarakat, Kel. Padang Lekat (1 titik) sudah menjadi Kebun masyarakat, Desa Tebat Monno (4 titik) sudah menjadi kebun masyarakat & HKM, Dusun Karang Anyar (1 titik) sudah menjadi HKM, Pagar Gunung (1 titik) sudah menjadi kebun masyarakat.
“Yang paling memilukan adalah pembabatan hutan lindung untuk kepentingan pribadi,” ungkap Hernandes Ade Putra, S.Pd., Gr., Ketua KPPL Kepahiang Alami, dalam rilis resmi, Selasa (5/11/2025).
“Kawasan yang seharusnya dilindungi malah jadi ladang komoditas.” Tegasnya.
Kritik Keras ke BKSDA dan Pemda Kepahiang.
KPPL menyoroti lambannya respons Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu dan Pemerintah Kabupaten Kepahiang. Meski Rafflesia arnoldii dilindungi Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati, patroli dan rehabilitasi lahan rusak nyaris tak terlihat.
Hernandes menegaskan, “Jika habitat ini musnah, Rafflesia tak punya tempat lagi untuk tumbuh. Ini bukan sekadar bunga ini identitas Bengkulu di mata dunia.” Ingatnya.
Pernyataan ini disampaikan Hernandes saat menjadi pembicara di Youth Conservation Fest 2024, yang dihadiri ratusan pemuda konservasi nasional dan perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Atas dedikasinya, KPPL Kepahiang Alami menerima penghargaan resmi sebagai Inspirator Gerakan Muda Konservasi Lingkungan 2024 dari KLHK.
Adapun Upaya KPPL dalam melindungi habitat bunga tersebut seperti Sosialisasi hingga Patroli Mandiri.
Diketahui Tim KPPL tak tinggal diam. Mereka rutin menggelar sosialisasi di desa-desa, melibatkan pemuda dan petani untuk menjaga vegetasi inang. “Kami ajak masyarakat jadi penjaga, bukan perusak,” kata Hernandes.
Seruan Aksi Mendesak.
KPPL mendesak dua langkah konkret, pertama Pemda Kepahiang agar segera terbitkan Rencana Ruang Umum (RRU) Perlindungan Habitat Rafflesia dengan larangan pembukaan kebun baru dalam radius 500 meter dari titik habitat.
Kemudian kepada BKSDA Bengkulu agar intensifkan patroli rutin dan rehabilitasi lahan kritis dengan penanaman pohon inang.
Tanpa intervensi cepat, Rafflesia arnoldii yang merupakan satu-satunya bunga terbesar di dunia yang endemik Sumatera berisiko hilang dari Kepahiang dalam dekade mendatang.
Berikut Fakta Singkat Rafflesia Arnoldii
• Diameter: hingga 100 cm
• Berat: hingga 11 kg
• Bau: seperti daging busuk (menarik lalat penyerbuk)
• Status IUCN: Critically Endangered (Terancam Kritis). (Rls/01)

















