72 Pelajar Terancam DO, MD KAHMI Kota Bengkulu Ingatkan Tugas Pemprov
Bengkulu, Darahjuang.online — Sebanyak 72 pelajar di SMA Negeri 5 Kota Bengkulu menghadapi situasi genting dan terancam dikeluarkan dari sekolah. Pasalnya, nama puluhan pelajat tersebut tidak terdaftar dalam sistem Data Pokok Pendidikan (Dapodik), meskipun telah mengikuti proses belajar mengajar selama satu bulan terakhir.
Kondisi ini memicu keprihatinan mendalam dari berbagai pihak, termasuk Majelis Daerah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MD KAHMI) Kota Bengkulu.
Presidium MD KAHMI Kota Bengkulu Adeko Pratama menegaskan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bengkulu sebagai penanggungjawab pengelolaan SMA/SMK, SLB, harus segera turun tangan dan menjamin hak pendidikan anak-anak tersebut.
“Harus ada jaminan anak-anak tersebut bisa terus sekolah. Soal ada persoalan di dalamnya, itu urusan lain, tapi anak tetap harus sekolah. Ini soal kemanusiaan,” tegas Adeko, Kamis (21/8/25)
Saat ini, para wali murid yang cemas akan nasib pendidikan anak-anaknya juga telah mengambil langkah dengan mengadukan persoalan ini ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Bengkulu, berharap ada solusi konkret dari para wakil rakyat.
Adeko menegaskan, apapun masalah yang melatarbelakangi insiden ini, baik itu dugaan masalah hukum atau korupsi dalam proses penerimaan siswa baru, tidak boleh mengorbankan hak dasar anak untuk mendapatkan pendidikan.
“Pemprov harus cepat mencari solusi. Jangan sampai anak-anak justru tidak mendapatkan pendidikan. Jika ada persoalan hukum, atau dugaan korupsi di dalam proses penerimaan pelajar sebelumnya, itu menjadi persoalan berbeda. Proses hukum silakan tetap berjalan, tapi anak-anak jangan sampai tidak sekolah,” tuturnya.
Dijelaskannya, kasus pelajar terancam dikeluarkan dari sekolah itu, menjadi cambuk buruk bagi dunia pendidikan di Provinsi Bengkulu. Seharusnya, insiden tersebut tidak boleh terulang kembali di masa mendatang. Sebab, pada akhirnya anak-anak yang akan menjadi korban utama dari carut marut sistem yang ada.
“Pemerintah dan pihak sekolah harus segera menyelesaikan masalah ini, tanpa mengorbankan masa depan 72 siswa tersebut,” pungkasnya. (01)