Mahasiswa UNIB Jelaskan Kaitan SUTT PLTU Teluk Sepang Dengan Kerusakan Alat Elektronik Warga Padang Kuas
Bengkulu, Darahjuang.online — Selama 8 bulan proses advokasi untuk membuktikan penyebab kerusakan elektronik warga Desa Padang Kuas, PT Tenaga Listrik Bengkulu (TLB) tidak mau mengakui bahwa kerusakan tersebut akibat pengaruh dari Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara Teluk Sepang. Dalam pertemuan terakhir pada 6 Mei 2025 di kantor Dinas ESDM Bengkulu, Pihak PT TLB menyatakan tidak menerima teori yang sudah dibangun oleh akademisi Universitas Bengkulu (UNIB).
Untuk membuktikan keberadaan SUTT PLTU Teluk Sepang menjadi penyebab kerusakan elektronik warga Desa Padang Kuas, Kanopi Hijau Indonesia bersama mahasiswa Jurusan Teknik Elektro UNIB telah menyusun sebuah teori ilmiah berjudul pengaruh SUTT PT TLB terhadap kerusakan elektronik warga Desa Padang Kuas. Teori tersebut dibahas dalam agenda laporan publik yang dilaksanakan di UNIB pada 4 Juni kemaren.
Cimbyo Layas Ketaren, Tim Pemantau Kanopi Hijau Indonesia yang sekaligus menjadi moderator dalam agenda laporan publik menjelaskan tujuan agenda tersebut.
“Agenda ini dilaksanakan untuk menguji teori ilmiah pengaruh SUTT PLTU Teluk Sepang terhadap kerusakan elektronik warga Padang Kuas. Sebelum kajian teori ini disebarluaskan,” kata Cim. Sebagaimana termuat dalam rilis yang diterima Awak Media DJO. Kamis (5/6/25)
Dalam paparannya, Widesyah Putra yang merupakan salah satu tim penulis makalah ilmiah pengaruh SUTT terhadap kerusakan elektronik warga Padang Kuas menjelaskan bahwa SUTT merupakan struktur bangunan yang dapat memancing datangnya petir, sambaran petir akan berdampak pada perangkat lain di sekitar jaringan.
“Petir merupakan hasil gaya tarik menarik antar muatan negatif di awan dan muatan positif di bumi. Bangunan dengan ukuran yang tinggi serta berbahan baja, menjadi objek utama sambaran petir. Jika besaran daya petir tidak mampu ditahan sistem penangkal petir, maka akan berpotensi menimbulkan arus bocor yang berdampak pada elektronik lain di sekitar jaringan,” kata Wide.
Wide menjelaskan selain dapat merusak ekektronik, kegagalan sistem penangkal petir juga dapat menimbulkan sengatan pada manusia, terutama bagi mereka yang berada dekat dengan areal pentanahan tower SUTT.
Dalam paparannya juga Wide menjelaskan bahwa penangkal petir yang dipasang hanya berfungsi melindungi perangkat jaringan, bukan melindungi warga dan makhluk hidup lain di sekitar jaringan.
Senada dengan penyampaian Wide, Asnatul Aini, Salah Satu Warga Desa Padang Kuas yang hadir menjelaskan bahwa warga setempat sering melihat kilatan api yang menjalar di sepanjang kabel jaringan transmisi.
“Saat petir menyambar warga sering melihat rambatan api di kabel SUTT. Selain itu Deka anak Ibu Rohma yang tinggal di bawah SUTT pernah tersengat listrik dari lantai rumahnya,” kata Asnatul.
Asnatul menyebutkan selain Deka, terdapat 4 warga lain juga pernah tersengatblistrik, selain itu sudah lebih dari 160 unit peralatan elektronik yang rusak.
“Korban dan Kerugian warga Padang Kuas terus bertambah, tidak ada jalan lain Jaringan SUTT ini harus pindah dari permukiman warga,” kata Asnatul.
Cim menjelaskan bahwa para peserta yang hadir menyampaikan tentang kondisi cuaca hujan juga memperbesar potensi arus listrik merusak elektronik warga.
“Dalam penjelasan salah satu peserta menyebutkan bahwa kelembapan udara yang tinggi juga mampu menghantarkan arus listrik menuju rumah warga,” kata Cim.
Presiden Mahasiswa Universitas Bengkulu, Teo Ramadhan Z, menanggapi keluhan dan teori yang telah disampaikan penulis makalah ilmiah.
“Kita sepakat pembahasan agenda laporan publik ini adalah kajian teori yang benar dan dapat diterima logika. Kajian ini harusnya menjadi rujukan pemangku kebijakan di daerah untuk mengambil tindakan tegas atas penderitaan warga Desa Padang Kuas. BEM KBM UNIB akan terus mengawal dan menuntut Gubernur Bengkulu mengeluarkan kebijakan yang menyelesaikan persoalan ini,” kata Teo. (Rls/01)