Alaku
Alaku
Alaku

Suyanto : Dera Wabah Pandemi Usaha Kreatif Tetap Berjaya, Ini Rahasianya!

Deliserdang, Darah Juang Online – Kakek dikaruniai 8 anak dan beberapa cucu dengan suara masih tetap semangat menceritakan usahanya berjalan seolah tidak peduli wabah Corona telah meremuk redam ekonomi dunia. Hanya dengan berpikir penuh inovatif dengan segudang pengalaman pandemi Covid-19 seolah tak berdaya. Tak ayal untuk Suyanto dan orang-orang terdekatnya masih bisa bertahan.

Tim Darahjuang.online sempat menemui di kediamannya dan sekaligus tempat usahanya di jalan Lubuk Pakam – Batang Kuis, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, belum lama ini. (September 2021).

Alaku

Pengusaha kreatif ini mengisahkan bisnis olahan dari limbah kelapa diawali dengan peka terhadap suasana sosial ekonomi sekitar sehingga timbul ide.

Suyanto (77) tetap berusaha meski dera wabah Covid-19 berujung pembatasan sosial masyarakat.

“Usia saya Pak sudah 77 tahun, saya menjalani bisnis kreatif pengolahan limbah sabut kelapa ini sudah hampir 50 tahun yang lalu,” terang Suyanto membuka pembicaraan.

Suyanto kini hanya mempunyai 12 orang karyawan, sebelum wabah pendemi Corona mempunyai lebih 40 karyawan, kesemuanya masyarakat sekitar rumah. Berlahan tapi pasti usaha pengolahan sabut kelapa jadi keset kaki, tali dan vas bunga masih bisa bertahan meski terpaan wabah virus Covid-19 menjebol setiap lini ekonomi dalam 2 tahun terakhir.

“Untuk pas bunga ini adalah idea kreatifitas saya semenjak pandemi Corona ini, dimana banyak ibu-ibu menjadi hobi menanam bunga,” ujar Suyanto tak menyangka produk pas Bunga laris manis di pasaran. Dimana ibu-ibu banyak menghabiskan waktu selama wabah melanda tapi di rumah mereka menanam bunga membunuh kejenuhan lantaran tak bisa pergi Mall atau ke tempat Wisata karena ada pembatasan.

Gudang limbah kelapa akan di giling dan dicacah menggunakan mesin.

Dikenangnya, dan berharap masa kejayaan usaha bisa bangkit kembali. “Sebelum pandemi Corona Pak, penjualan saya sampai keluar negeri, saya jual ke RRT dan Jepang yang jumlahnya mau sampai dua kontainer sebulan,” jelas Suyanto.

Semangat Suyanto ini yang perlu dimiliki setiap pengusaha atau istilah enterprenuer generasi biru dengan kondisi susah payah tetap bertahan di zaman pandemi Corona ini.

“Sekarang ini omset saya rata-rata Alhamdulillah Rp.15 juta sebulan, fokus dan peka dengan kondisi alam,” ujar Kakek yang masih kelihatan cerdas dan kekar.

Sekarang ini Suyanto penjualannya hanya bergantung orang yang datang kerumahnya. Dengan harga yang cukup bersaing Suyanto memberi harga Pot bunga dari Rp 15.000 sd Rp 20.000 dan keset Rp 15.000 sedangkan tali Rp 25.000/kg.

Harapan Suyanto bisnis pengolahan limbah ini makin banyak dibutuhkan karena sesungguhnya bisnis ini sangat diminati di luar negeri.

“Jelas ini akan membantu pemerintah dalam menambah devisa negara,” pungkasnya datar.

Pengolahan limbah sabut kelapa yang pasti merupakan usaha padat karya sehingga dapat mengurangi pengangguran ataupun menambah penghasilan keluarga.

“Pemerintah dengan Kementerian  terkait maupun pihak Universitas dapat membantu baik di bidang pemasaran, pembiayaan maupun menemukan teknologi yang tepat guna dalam pengolahnya khususnya untuk pengeringan sabut kelapa dan lainya,” asanya.

Dalam pemasaran menurut Suyanto peran serta Pemerintah dapat membantu memasarkannya keluar negeri dan dalam negeri dalam kontes parawisata dan industri kreatif. Usaha ini merupakan masuk dalam industri seni kerajinan.

Ia juga berharap adanya pembiayaan khusus baik dalam hal  jaminan maupun Rate  untuk UMKM yang mengelolah limbah atau barang tak berharga jadi bernilai Rupiah.

“Pandemi biarkan saja, namun usaha dan semangat kita jangan seperti pandemi, kadang muncul dan kadang hilang,” kelakarnya. (22)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *