Kolaborasi Kanopi Hijau Indonesia-AMAN Bengkulu luncurkan sekolah energi bersih jilid 3
Nasional, Darahjuang.online — Kanopi Hijau Indonesia (KHI) berkolaborasi dengan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Bengkulu meluncurkan program Sekolah Energi Bersih (SEB) jilid 3 sebagai ruang edukasi dan aksi nyata menuju transisi energi yang terbarukan, adil, dan berkelanjutan dengan melibatkan generasi muda dan komunitas sebagai aktor utamanya.
Sebelumnya program SEB telah berhasil menggalang dukungan publik untuk memasang pembangkit energi terbarukan berupa panel surya di SMA Muhammadiyah 4 Kota Bengkulu dan SEB jilid 2 berhasil memasang pembangkit energi terbarukan gabungan dari panel surya dan turbin angin di SMA Sint Carolus Kota Bengkulu.
Peluncuran SEB jilid 3 dengan tema “Daulat Energi bagi Masyarakat Adat” menandai dimulainya tahapan pendidikan publik tentang energi bersih dan urgensi transisi energi, penggalangan dukungan publik melalui donasi untuk pengadaan pembangkit listrik energi bersih, hingga instalasi pembangkit energi bersih di pusat studi AMAN Bengkulu.
Kegiatan peluncuran SEB jilid 3 yang digelar di Pusat Studi AMAN Bengkulu diisi dengan dialog bertema “Transisi Energi dari Bumi Adat: Gerakan Kolektif Menuju Keadilan Iklim”, menghadirkan empat narasumber yaitu Ketua Kanopi Hijau Indonesia Ali Akbar, Pengurus Dewan Nasional AMAN Deff Tri Hardianto, Kepala SMA Sint Carolus Bengkulu, Sulistyanta dan Kepala SMA Muhammadiyah 4 Kota Bengkulu, Sutanpri.
Ketua Kanopi Hijau Indonesia, Ali Akbar mengatakan program SEB adalah bentuk nyata perlawanan terhadap proyek energi kotor PLTU batubara dengan mewujudkan transisi energi melalui dukungan masyarakat.
“Krisis iklim yang melanda planet bumi, tidak bisa lagi direspon dengan tindakan yang biasa-biasa saja, harus ada aksi revolusioner dari publik, sekolah energi bersih ini salah satu aksi itu,” kata Ali. Sabtu (26/4/25)
Karena itu sejak 2018, Kanopi Hijau Indonesia berkolaborasi dengan banyak pihak dan menggalang dukungan masyarakat luas untuk mewujudkan transisi energi berbasis komunitas.
Anggota Dewan AMAN Deff Tri Hardianto mengatakan komunitas adat menjadi kelompok yang paling rentan terdampak atas krisis iklim yang saat ini melanda bumi. Karena itu AMAN Bengkulu terlibat dalam kolaborasi mewujudkan SEB jilid 3 dengan melibatkan 76 komunitas adat yang ada di Provinsi Bengkulu.
Ia mengatakan pembangkit energi terbarukan yang dipasang Sekretariat AMAN Bengkulu ini akan berfungsi menyediakan listrik bagi pusat pendidikan masyarakat adat di Bengkulu sebagai tempat belajar dan pelestarian adat budaya. Keberadaan pembangkit ini juga akan mendukung aktivitas 76 komunitas adat dalam pemulihan lingkungan berbasis energi bersih.
Berikutnya, penerangan yang bersumber dari energi bersih ini juga diproyeksikan menjadi laboratorium energi bersih bagi komunitas adat, menjadi contoh dan pusat edukasi transisi energi yang adil berkelanjutan serta menjadi pendukung energi untuk pembelajaran dan dokumentasi adat untuk mendukung produksi konten lokal berbasis masyarakat adat.
Sementara Kepala SMA Sint Carolus Sulistyanta menceritakan kesukseskan program SEB jilid 2 yang dipasang di sekolah swasta itu pada Oktober 2024. Panel surya dan kincir angin di sekolah tersebut berfungsi menyediakan energi untuk menerangi aula pertemuan, ruang tata usaha, komputer, AC dan cctv hingga bel sekolah.
“Kami juga mengedukasi siswa untuk sadar dan paham tentang pentingnya pemanfaatan energi terbarukan dengan membawa mereka langsung ke sumber listrik berbasis tenaga air di PLTA Musi,” katanya.
Sedangkan Kepala SMA Muhammadiyah 4 Kota Bengkulu Sutanpri menceritakan program SEB jilid 1 yang berhasil memasang panel surya untuk penerangan laboratorium komputer dan menerangi lampu taman di SMA Muhammadiyah 4 pada tahun 2020.
Sutanpri yang baru saja mengikuti pertemuan komunitas pengguna energi terbarukan di Brazil pada pertengahan April 2025, mengatakan energi terbarukan yang dipasang di sekolahnya diharapkan menjadi pembangkit utama untuk memenuhi kebutuhan listrik sekolah.
“Selama ini kita masih menganggap tenaga surya itu sebagai alternatif padahal seharusnya menjadi yang utama, bahkan masyarakat global juga sudah paham pentingnya transisi energi. Sekarang semua pihak perlu bertindak lebih serius untuk segera mengakhiri penggunaan energi fosil,” katanya.
Peluncuran yang digelar di Pusat Studi AMAN Bengkulu dihadiri komunitas adat, mahasiswa, pemuda dan pelajar Bengkulu. Terdapat stand energi bersih yang berisikan informasi seputar bahaya energi kotor dan urgensi transisi energi. Stand masyarakat adat juga ditampilkan untuk memberikan informasi tentang perjuangan masyarakat adat Bengkulu.
Para peserta juga diminta untuk menuliskan harapannya mengenai transisi energi pada media yang disediakan di lokasi. Pada stand ini peserta disuguhkan proses pembuatan gelang tradisional khas Seluma yang berasal dari resam atau tumbuhan pakis serta peserta dapat melihat barang-barang tradisonal khas masyarakat adat.
Ditengah krisis iklim dan penggunaan energi kotor yang semakin massif tidak alasan menunda perpindahan atau transisi energi. Sudah cukup penderitaan masyarakat akibat dampak buruk penggunaan energi kotor batubara sebagai penopang utama listrik nasional karena dampak buruk itu ditanggung sendiri oleh masyarakat.
Maka SEB diharapkan sebagai aksi nyata perlawanan terhadap krisis iklim yang sedang terjadi dengan masyarakat adat menjadi garda terdepan untuk mengkampanyekan transisi energi yang baru, adil, dan berkelanjutan. Kegiatan peluncuran diakhiri dengan penampilan musik dan hiburan. (Rls/01)