Jadikan Kota Bengkulu Bandul Penggerak Inovasi Pendidikan
Inovasi Dibalik Ujian Serentak SD dan SMP
Oleh : Elfahmi Lubis*
Walikota Bengkulu, Dedy Wahyudi, bakal buat terobosan baru dalam bidang pendidikan, terutama untuk jenjang pendidikan dasar. Terobosan dalam standarisasi evaluasi pendidikan itu dalam bentuk pelaksanaan ujian lokal berstandar untuk siswa SD dan SMP Kota Bengkulu secara serentak. Seperti EBTANAS tapi bermuatan lokal. Ide dan gagasan ini muncul berangkat dari kegelisahan walikota atas menurunnya kualitas pendidikan dan kemampuan kompetitif dikalangan pelajar, pasca dihapusnya sistem evaluasi hasil belajar UN (Ujian Nasional) oleh pemerintah pusat sejak tahun 2021 lalu. Untuk selanjutnya, sebagai gantinya pemerintah menyerahkan pelaksanaan ujian akhir siswa kepada kebijakan masing-masin kog sekolah yang berbentuk UN (ujian sekolah) .
Sejak penerapan Ujian Sekolah, ujian akhir siswa terlihat menurunkan daya saing secara kompetitif dalam diri siswa maupun motivasi sekolah untuk mengejar prestasi terbaik bagi peserta didiknya. Soalnya, dengan sistem Ujian Sekolah saat ini hampir tidak ada lagi siswa yang tidak lulus dalam proses evaluasi hasil belajar. Hal inilah yang diduga menjadi faktor penyebab menurun semangat belajar siswa yang pada gilirannya berimbas pada rendahnya standar pendidikan. Berbeda jauh suasana kebatinannya ketika zaman masih berlakunya Ujian Nasional (UN) dimana siswa terpacu semangat untuk belajar dalam menghadapi ujian, begitu juga dengan pihak sekolah berlomba-lomba ingin memberikan terbaik kepada siswanya agar mampu menjadi sekolah yang mendapat nilai tertinggi dalam proses ujian nasional, baik tingkat lokal maupun nasional.
Berdasarkan kondisi diatas, membuat Walikota Dedy Wahyudi harus berpikir keras bagaimana mutu dan kualitas pendidikan bisa kembali ditingkatkan. Maka, muncullah ide dan terobosan inovatif mengapa tidak dilaksanakan ujian serentak kepada siswa SD dan SMP yang berstandar untuk mengukur kemampuan belajar siswa secara massif dan terstruktur. Dengan tujuan melalui ujian serentak ini setidaknya dapat diketahui kemampuan akademik masing-masing siswa dan sekaligus juga dapat diperoleh informasi sekolah mana yang unggul (dalam artian siswanya yang paling banyak memperoleh nilai tertinggi dalam ujian).
Harapan ini melalui sistem ujian serentak ini kedepan kembali akan memacu semangat belajar siswa yang tinggi dan kepada pihak sekolah akan termotivasi serta terdorong untuk terus melakukan proses pembelajaran terbaik dan berkualitas.
Ide dan inovasi besar Walikota menggagas ujian serentak bagi siswa SD dan SMP di Kota Bengkulu, akan dilaksanakan Senin (15/09/25) yang melibatkan lebih kurang 500 siswa. Untuk selanjutnya, siswa yang memperoleh 3 besar nilai tertinggi dari masing sekolah baik SD maupun SMP, akan diadu kembali kemampuannya melalui ujian tahap kedua pada tanggal 30 September 2025. Siswa yang memperoleh 3 besar tertinggi dari masing-masing sekolah akan diganjar hadiah leptop dari Walikota sebagai bentuk apresiasi atas prestasi yang mereka peroleh.
Inovasi besar Walikota dalam bidang pendidikan ini, merupakan titik awal menuju terlembagannya sistem ujian yang kompetitif bagi siswa SD dan SMP di Kota Bengkulu. Melalui inovasi ini Walikota berharap akan menjadi pilot project bagi pemerintah pusat untuk memikirkan kembali standarisasi pendidikan secara nasional pasca dihapusnya ujian nasional.
“Kota Bengkulu ingin menjadi bandul inovasi pendidikan secara nasional. Sistem ujian serentak dia tahap yang saya canangkan ini, bisa menjadi contoh sekaligus pilot project bagi pusat untuk mendesain ulang standarisasi pendidikan melalui sistem evaluasi baku yang serentak diuji kepada seluruh siswa SD dan SMP di seluruh Indonesia. Kota Bengkulu ingin memulai perubahan dan inovasi besar dalam bidang pendidikan tersebut,” tegas Dedy Wahyudi dengan optimis dalam keterangannya.
Muncul kebijakan Walikota menerapkan sistem ujian serentak dua tahap bagi siswa SD dan SMP, tidak lepas kondisi semakin menurunnya kualitas pendidikan.
Walikota mengatakan berdasarkan laporan PISA (Programme for International Student Assessment), sebuah studi internasional yang diselenggarakan oleh OECD untuk mengevaluasi sistem pendidikan global dengan mengukur kemampuan literasi membaca, matematika, dan sains siswa berusia 15 tahun. Dimana kemampuan literasi untuk ketiga mata pelajaran itu, siswa Indonesia masuk dalam kategori rendah.
Salah satu penyebabnya, karena evaluasi pendidikan kita tidak memiliki standarisasi. Hasil PISA ini berfungsi sebagai indikator kualitas sistem pendidikan suatu negara, memberikan masukan penting untuk perumusan kebijakan peningkatan mutu pendidikan dan mempersiapkan generasi muda dengan keterampilan yang relevan untuk masa depan.
PISA dirancang untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah dalam situasi nyata dan bukan hanya pengetahuan akademik murni. Tes ini mencakup tiga bidang utama, yaitu membaca untuk menilai kemampuan siswa untuk memahami dan menggunakan informasi dari teks tertulis dalam berbagai konteks. Tes matematika, untuk menguji kemampuan siswa dalam menerapkan konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari. Terlahir adalah tes sains, untuk mengukur pemahaman siswa tentang konsep ilmiah dan kemampuan mereka menerapkan ilmu pengetahuan dalam situasi nyata. (Red 01)

















