Alaku
Alaku

PMMI Bengkulu, Jangan Ada Deskriminasi Terhadap Disabilitas

  • Bagikan

Bengkulu, Darah Juang Online – Perkumpulan Mitra Masyarakat Inklusif (PMMI) mengadakan Sosialisasi GEDSI (Gender, Equality, Disability, and Social Inclusion) dan sosialisasi SOLIDER (Strengthening Social Inclusion for Diffability Equity dan Rights) untuk OPD dan Stakeholder Tingkat Kabupaten dan Kota di Provinsi Bengkulu.

Acara yang diselenggarakan di Hotel TWO-K Azana Style tersebut dibuka oleh Eka Rika Reno selaku PJ Sekretaris Daerah Kota Bengkulu. Kamis (16/5/24).

Alaku

Kegiatan ini menghadirkan narasumber dari Sasana Inklusi & Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB) yang dalam hal ini di hadiri oleh Purwanti, serta Nur Hidayati dari Bappeda Kota Bengkulu yang keduanya membahas mengenai kompleksitas persoalan difabel di Provinsi Bengkulu.

Eka Rika Rino mengapresiasi semua pihak yang telah terlibat dalam penyelenggaraan kegiatan ini karena telah memberikan perhatian khusus kepada GEDSI agar nantinya lebih banyak melibatkan para disabilitas di seluruh OPD terkait dan semua individu, tanpa memandang perbedaan atau keberagaman mereka.

Irma Lisa Sridanti selaku salah satu pendiri Perkumpulan Mitra Masyarakat Inklusif menyampaikan dalam sambutannya bahwa pada saat ini masih adanya diskriminasi terhadap penyandang Disabilitas. Hal ini perlu menjadi konsen kita bersama untuk mewujudkan pemerataan pembangunan di Indonesia berjalan dengan sebaik-baiknya.

“Selain dari diskriminasi, sedikitnya disabilitas yang bekerja disektor formal sehingga berdampak pada rendahnya tingkat kesejahteraan difabel. Isu lainnya adalah penyandang disabilitas masih sulit dalam mengakses layanan publik, adanya regulasi yang tidak terimplementasi dengan baik untuk pemenuhan hak-hak disabilitas,” terangnya.

“Ketika ruang mobilitas disabilitas terganggu maka ruang eksistensinya akan hilang. Ruang eksistensi yang tertutup ini yang kemudian membuat disabilitas tidak berkembang. Apabila disabilitas tidak berkembang maka akan menjadi beban negara. Inilah pentingnya ruang-ruang mobilitas bagi disabilitas untuk menjadi mandiri,” kata Purwanti.

Irna Riza Yuliastuty selaku Ketua Perkumpulan Mitra Masyarakat Inklusi juga menjelaskan mengenai persoalan difabel pada hari ini khususnya di Bengkulu adalah kesempatan untuk mengembangkan diri belum terfasilitasi, berbeda halnya dengan di daerah luar.

Sehingga untuk di Bengkulu sendiri perlu adanya dukungan dan kerja sama dari semua pihak untuk mendorong difabel menjadi lebih mandiri dan berdaya.

Selain itu, difabel seringkali dilekatkan dengan konotasi yang negatif hal ini yang harus dirubah.

“Pemerintah saat ini secara regulasi sudah memiliki dasar untuk pemenuhan hak disabilitas, seperti perubahan kata cacat menjadi disabilitas. Namun dalam hal sosialisasi dan implementasinya belum berjalan dengan baik.” Tegasnya.

Disabilitas bukan hal yang dianggap berbeda dan harus dibedakan, namun bagaimana agar disabilitas dilihat sebagai bentuk keberagaman.

“Kemudian melalui kegiatan ini Kami berharap agar Pemerintahan secara sistem dan peraturan benar-benar berpihak pada kelompok disabilitas. Bentuk keberpihakan tersebut dilihat dari sejauh mana partisipasi disabilitas didalam pembangunan, mulai dari pengambilan keputusan, pelaksanaan, dan penikmatan hasil sampai pada evaluasi.” Tegasnya.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *