Alaku
Alaku

Karupuak Merah

  • Bagikan

Oleh: Masnaidi.B, S.Kom, M.A.P

Padang, Darah Juang Online – Semua orang minang dan sebahagian besar masyarakat Indonesia mengenal kerupuk jenis satu ini. Mulai dari kalangan paling bawah sampai orang terkaya sekalipun. Kerupuk merah merupakan kerupuk yang diolah dari bahan tepung tapioca dan diberi zat pewarna merah.

Alaku

Kerupuk ini hadir paling atas terakhir didalam racikan makanan yang sering disuguhkan seperti nasi goreng, lontong atau ketupat sayur, pecal dan lain lain.


Makanan ini akan tampak menghiasi makanan yang disuguhkan dan menampilkan kesan keindahan dalam tampilan makanan sehingga tergambar dalam benak kita bahwa makanan ini sangat enak. Mindset tentang enak ini mempengaruhi rasa makanan ketika dinikmati.

Menurut hasil penelitian Marc David salah satu tokoh psikologi yang berfokus pada Psychology of Eating, yang menjelaskan bahwa perasaan dan pikiran yang muncul dalam melihat suatu makanan akan memengaruhi proses metabolisme dalam tubuh kita.

Ketika kita mengonsumsi makanan yang disukai, maka kita akan mengonsumsinya dengan sugesti positif dan perasaan senang.

Perasaan senang dan sugesti positif ini akan diteruskan ke organ-organ tubuh seperti kelenjar ludah, kerongkongan, perut, usus, pankreas, hati, dan kantung empedu oleh hipotalamus melalui saraf parasimpatik. Outputnya pembakaran kalori dalam tubuh lebih efisien karena didorong oleh proses metabolisme dan pencernaan yang lebih maksimal.

Dalam proses penyajian makanan dapat kita ketahui bahwa untuk menghasilkan makanan yang sangat lezat memerlukan proses yang Panjang, mulai dari proses pengolahan dari bahan mentah dengan proses pemilahan, pencucian, pemotongan sampai pada proses setengah jadi. “Diindang ditampi tareh, dipiliah atah ciek-ciek”.

Selanjutnya proses pengolahan bahan-bahan mentah menjadi makanan jadi melalui proses pengadukan, pemblenderan, perebusan, penggorengan, pembakaran dan lain-lain. “Dibaliak-baliak bak mamanggang”


Semua proses itu memerlukan perhatian serius dan keahlian dari pengolah. Proses demi proses dilakukan dengan perencanaan dan tahapan yang baik dan benar serta didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman.

Kemudian masuk pada proses penyajian, dimana bahan-bahan yang sudah diolah tadi disusun sebaik dan seindah mungkin sehingga menghasilkan rasa yang lezat dilidah dan sedap dipandang mata. Setelah semua bahan disusun maka tahap terakhir adalah pemberian kerupuk merah, sehingga menambah kesedapan makanan.

Jika diperhatikan dalam penyajian nasi goreng misalnya, kerupuk merah berada paling diatas dan tampak paling dahulu. Namun dalam penyajiannya, kerupuk merah ini tidak dapat bertahan lama karena akan cepat ‘mewet’ alias lempem atau lunak, apalagi jika didalam kuah ketupat atau lontong sayur.Seketika akan pudar keindahan yang ditampilkan dan menjadi pemandangan yang tidak sedap lagi dipandang mata.

Fenomena kerupuk merah ini dalam Minangkabau memiliki makna yang antagonis dimana dalam kehidupan sehari-hari dicirikan dengan orang yang Paambiak Muko, Naik Dijalan, Pemotong Kawan. Hal ini dipelajari dari proses sebuah perjalanan atau perjuangan yang sudah begitu panjang dan berliku dan pada saat hampir menampakkan hasil maka yang bersangkutan ingin tampil dan seolah-olah berada paling didepan.

Ada pula yang mengambil peran disaat tertentu dimana dalam sebuah perjuangan jika melibatkan atau bertemu orang-orang besar maka saat itu pula beliau Naik Dijalan menampakkan keikutsertaan dalam perjuangan.

Tak peduli bagaimana upaya atau proses yang sudah dilakukan dari awal oleh kawan-kawannya, ia hanya mengedepankan keinginannya terpenuhi dengan Memotong Kawan atau kesempatan yang ada.

Namun dalam perjuangan sesungguhnya ia takkan mampu bertahan dan justru akan mengacaukan tahapan dan sistem yang sudah dibangun sejak awal.

Demikian banyak fenomena kehidupan sosial masyarakat yang di terjemahkan melalui fenome alam oleh orang Minangkabau kemudian dijadikan petatah petitih dalam Bahasa Adat atau keseharian atau kiasan. Ibaraik Karupuak Merah. (00)

* Penulis adalah Khatib Batuah, Tokoh Masyarakat Adat Malalo Tigo Jurai

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *