Kisah di Balik Secarik Foto
*MN KAHMI dan Penghargaan Munir Tokoh Pejuang HAM*
Oleh Dwiki Setiyawa
Ada banyak foto terkait even-even MN KAHMI yang saya dokumentasikan. Di beberapa periode kepengurusan. Potret-potret tersebut hakikatnya bukan gambar diam. Bergerak. Dia hidup. Dengan menatapnya, kadang, selembar foto bisa berbicara dengan sendirinya.
Sebuah foto mengandung sejuta arti. Kata-kata yang tergoreskan pun, acapkali tidak cukup untuk menggambarkannya.
Ini foto salah satu momen berkesan dalam hidup saya. Terlibat sedari awal di proses pengambilan keputusan, sehingga lahir foto ini.
Bermula ketika MN KAHMI menunjuk Ismet Djafar dan Suratman Malik, di-SK-kan sebagai Ketua dan Sekretaris Organizing Committee (OC) HUT ke-51 KAHMI.
Berdasarkan aspirasi beberapa alumni HMI di luar struktural MN KAHMI, saya menyampaikan usulan: agar almarhum Munir, diberi piagam penghargaan Tokoh Pejuang Hak Asasi Manusia (HAM).
Nah, melobi Ismet Djafar selaku Ketua Panitia HUT Ke-51 pada 2017 itu, ternyata susah-susah gampang. Meyakinkan agar Majelis Nasional KAHMI menganugerahkan Piagam Penghargaan kepada salah seorang putra terbaiknya, almarhum Munir Said Thalib.
Munir yang pendiri LSM Imparsial dan aktivis Kontras wafat pada 7 September 2004. Dalam perjalanan di pesawat Garuda saat dia hendak melanjutkan studinya ke Belanda.
Tatkala kuliah di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, ia tercatat sebagai aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Teknik lobi dengan Ismet sembari tertawa-tawa saja. Itupun tak seketika diiyakan. Menjanjikan pun tidak.
Toh demikian, tak ada kata putus asa untuk mengejawantahkan niat baik. Lobi tetap gencar. Hanya ke Ismet saja. Termasuk pembicaraan santai, pada beberapa kesempatan berdua dengan Ismet –mengikuti even rangkaian hut– seperti ziarah ke makam Jenderal Sudirman dan Prof Lafran Pane di Jogja. Hingga ziarah ke makam tokoh HMI/KAHMI di TMP Kalibata dan TPU Tanah Kusir Jaksel.
Sekonyong-konyong, beberapa hari jelang resepsi HUT di Balai Sidang Jakarta, Ismet mengabari bahwa usulan saya (lebih tepat penyambung lidah aspirasi yang muncul) disetujui. Suka cita. Riang alang kepalang.
Kata Ismet, “Bukan hanya piagam penghargaan, namun Majelis Nasional KAHMI akan memberi tali asih sebagai beasiswa untuk putra-putri almarhum Munir”.
Saya pun segera kontak Mbak Suciwati, istri almarhum Munir. Menyampaikan keputusan MN KAHMI bla bla bla pula mengundang beliau hadir di Jakarta. Untuk menerima langsung piagam penghargaan kepada almarhum Munir sebagai “Tokoh Pejuang Hak Asasi Manusia” dan tali asih.
Respon Mbak Suci via telepon, mengucapkam terima kasih atas perhatian organisasi pada almarhum suami. Sembari agak terisak di ujung telepon, ia cerita betapa almarhum Munir sangat cinta dan bangga pada HMI.
Ia bersaksi, betapa setiap almarhum suaminya diundang mengisi training HMI, tak pernah menolak. Bahkan, sebagai istri ia seringkali ditinggal sendirian. Suami berangkat sore, baru keesokan hari sampai rumah kembali. Demi perkaderan di HMI.
Yang membuat saya kaget, ia bertanya asal usul tali asih sebagai beasiswa untuk putra-putrinya? Untuk informasi, pada 2017, salah seorang putra almarhum Munir berkuliah di Universitas Brawijaya Malang.
Jeda sejenak. Saya berpikir keras menemukan kata-kata pas untuk menjawab. Saya katakan bahwa dana tali asih bersumber dari iuran pengurus MN KAHMI. Alhamdulilah ia pun menerima argumen tersebut.
Namun, karena waktu yang berbarengan dengan acara yang telah diagendakan, ia akan diwakili adik kandung perempuan Munir, Anisa Said Thalib.
Anisa lah yang kemudian hadir dan menerima piagam penghargaan tersebut. Berikut tali asih beasiswa. Diterima pada puncak acara Resepsi HUT ke-51 KAHMI, pada Selasa malam 19 September 2017. Bertempat di Assembly Hall Jakarta Convention Centre (JCC), atau Balai Sidang Jakarta Jl. Gatot Subroto Kawasan Gelora Bung Karno Jakarta.
Demikian adanya kisah di balik secarik foto.
Jakarta, 3 Juni 2025
* Dwiki Setiyawan, Wakil Sekjen MN KAHMI Masa Bakti 2022-2027*