Alaku
Alaku

Penuh Oleh Pasien Covid-19, Sejumlah RS Bengkulu Diduga Tolak Pasien Sakit Tetanus “1 Orang Warga Meninggal”

  • Bagikan

Foto Warga Sedang Sibuk Memasang Tenda Di Rumah Duka Ramli


Bengkulu Tengah, Darah Juang Online – Innalilahi wa innailaihi rojiun, telah berpulang ke yang maha kuasa salah satu warga Dusun 1 Desa Padang Ulak Tanjung Kecamatan Talang Empat Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu, Ramli (60), Rabu (14/07).

Alaku

Ramli menghembuskan nafas terakhirnya pada Pukul 10.00 Wib pagi tadi, Ia meninggal dunia diduga menderita sakit tetanus. Hal ini dibenarkan oleh putra keduanya, Anton (28).

Satu malam ini saya gak tidur bang, ngurus bapak kami sudah berusah ke Rumah Sakit untuk pengobatan bapak. Semua Rumah Sakit yang belokasi kota Bengkulu sudah kami datangi, dan alhasil semua menolak kami untuk mengobati bapak kami dengan alasan yang sama ruangan penuh oleh pasien covid-19″ Kata Anton kepada Darah Juang Online sambil menahan rasa sedihnya.

Kemudian Anton menceritakan dari awal bapaknya sakit hingga meninggal dunia.Sekitar seminggu yang lalu Bapak tertusuk paku di kaki. Kemudian, besok harinya bengkak besar. Kami mau membawa bapak berobat ke Puskesmas untuk mendapatkan penanganan medis, namun bapak masih belum bisa berdiri hingga kami menunggu esok harinya, hari ke-tiganya sedikit mendingan hingga bapak kurang memperhatikan sakitnya

“Sekitar dua hari kemudian, bekas tusukan paku tersebut kembali membengkak dan pecah, hal ini mengakibatkan Bapak kejang-kejang dan sakit pinggang. Kemudian malam harinya sakitnya sampai ke leher” Jelas Anton Kembali.

Selanjutnya Anton menjelaskan kronologis kejadian penolakan berbagai rumah sakit di Bengkulu untuk mengobati Bapaknya yang diduga sakit Tetanus.

“Melihat kondisi Bapak yang sangat tidak memungkinkan lagi, kami langsung ke rumah sakit, dan kami ceritakan semua kronologis kejadian mengapa Bapak kami sakit seperti ini. Pihak rumah sakit berdalih belum bisa melakukan penanganan medis mengingat karena belum mempunyai Dokter Bedah Syaraf, lalu kami ke RSUD M. Yunus Bengkulu. Sayangnya kami di tolak oleh RSUD M. Yunus Bengkulu lantaran beralasan semua ruangan penuh oleh pasien covid-19, kami sudah putus asa hingga kami bawak kembali Bapak ke rumah untuk berunding keluarga” Jelas Anton kembali.

Lanjut Anton “Habis magrib esok harinya, mendapat saran dari tetangga kemungkinan RS Tiara Sela bisa mengobati Bapak kami. Namun sayangnya kami ditolak dengan alasan yang sama ruang pasien penuh oleh pasien covid-19. Alasan lain RS. Tiara Sella tidak memiliki dokter spesialis beda syaraf. Kemudian kami ke RS Bhayangkara, disini kami juga di tolak karena semua ruangan penuh oleh pasien covid-19, dan juga tidak memiliki dokter spesialisnya. Selanjutnya kami ke RS. Rafflesia, disini kami juga di tolak dengan alasan sama. Terakhir kami mendatangi Puskesmas Taba Penanjung arah ke Sukarami. Disini kami ditangani seadanya, bapak kami sedikit mendingan setelah ditangani oleh Puskesmas tersebut. Hingga pagi ini sekira pukul 10.00 Wib tadi Bapak menghembuskan nafas terakhir” Tutup Anton. (01)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *