Alaku
Alaku
Alaku

Berawal Mimpi “Selamatkan Lima Pengangguran”

Tommy Agung Raharjo


Bengkulu, Darah Juang Online – Dia bukan terlahir dari keluarga berada. Apalagi dari keluarga berdarah biru. Dia anak seorang petani yang terbiasa hidup sederhana. Ia dilahirkan di pedesaan, Desa Muara Pinang Kecamatan Seginim Kabupaten Bengkulu Selatan pada Tanggal 15 September 1990.

Alaku

Nama kecilnya akrab dipanggil “Danil”, itu karena panggilan kesayangan sang nenek tercinta. Hingga lengket sampai sekarang. Dilingkungan tempat tinggal jarang yang mengetahui nama aslinya, kecuali rekan-rekan seperjuangan dan rekan sekolah.

Hidup dilingkungan keluarga serba kekurangan membuat sosok ini harus terbiasa mandiri dan bertanggung jawab penuh atas apa yang telah menjadi tanggungannya. Menurutnya, apa yang menjadi amanah harus total di pertanggung jawabkan.

Prinsip itu, telah tertanam sejak ia masih dibangku sekolah dasar. Menempuh pendidikan diwilayah perkebunan (Saat itu nama sekolahnya SDN 45 Bengkulu Utara), tepat alamatnya Kilo meter 5 Kecamatan Girimulya Bengkulu Utara.

Namanya juga sekolah di lingkungan perkebunan, mendaki bukit turun bukit, melewati hutan bahkan bertemu babi hutan saat menempuh perjalanan pulang pergi sekolah sejauh kurang lebih tiga kilo itu sudah hal biasa.

Namun, niat totalitas harus menuntaskan tanggung jawab yang di emban menempuh “pendidikan”, rintangan itu mampu ia lewati.

Enam tahun ia tuntas menyelesaikan sekolah dasar. Meski ada beberapa kawan-kawannya putus sekolah.

Selanjutnya, ia melanjutkan sekolah ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 11 Unit 6 Kecamatan Girimulya Kabupaten Bengkulu Utara. Usia 13 Tahun ia sudah harus hidup sendiri jauh dari orang tua. Hal ini dikarenakan, ia harus sekolah. Sementara kedua orang tuanya harus mencari nafkah di perkebunan.

Hidup di kontrakan, anak seusianya tentu makan seadanya. Bahkan menahan lapar karena kekurangan bahan pangan itu sudah terbiasa baginya. Memasuki kelas dua SMP, Kedua orang tuanya pindah usaha berkebun ke Kabupaten Empat Lawang Sumatera Selatan.

Karena itu, ia harus ikut pindah juga “Pindah Sekolah”. Ia meneruskan sekolah di SLTPN 6 Pendopo Kabupaten Empat Lawang.

Karena ia termasuk anak yang mudah bergaul, menyesuaikan diri dengan teman-teman baru tidak sulit baginya. Ia dikenal anak yang cerdas dilingkungan temannya. Memperoleh juara satu, terkadang juara dua setiap mengambil hasil laporan (Raport) akhir semester membuat ia jadi sorotan teman sekelasnya agar bisa belajar bersama.

Di SLTPN 6 Pendopo ini, ia menuntaskan sekolah lanjutan pertama. Selanjutnya ia meneruskan ke SMKN 4 Kota Bengkulu. Anak mandiri ini tidak merasa kaget meski harus jauh kembali dari orang tuanya.

Usai 15 Tahun ia hidup sendiri di “Kos-kosan” tepatnya Gang Pecah Palak Kampung Kelawi Kota Bengkulu. Jarang tanda “Absen” sekolah di laporan “Raport” hasil studi akhir semesternya.

Memenuhi kekurangan kebutuhan sehari-hari pulang sekolah ia sering menyempatkan diri jualan “Abu Gosok yang terbuat dari arang sekam padi” di pasar Panorama Bengkulu.

Sungguh perjuangan yang sangat melelahkan baginya. Tetapi sosok anak laki-laki yang tidak mudah menyerah ini membuahkan hasil hingga ia lulus tingkat SMK. Waktu itu, “Setengah” dari teman-teman sekelasnya tidak lulus. Hal itu dikarenakan perubahan signifikan dari ujian akhir sekolah menjadi ujian akhir nasional.

Setelah lulus SMK, Ia bertekad melanjutkan sekolah kembali. Ia mendaftarkan diri ke Universitas Dehasen Bengkulu ambil jurusan Teknik Informatika. Di kampus ini ia banyak mengenal “Aktivis” mahasiswa. Ia tertarik dengan rekan-rekan antivis itu.

Menurutnya, mereka adalah orang-orang yang peduli sesama manusia. Mereka sudah memikirkan bangsa dan negara. Hingga ia memutuskan untuk bergabung di “Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)”. Ia ikut Basic Training (LK 1) latihan kader dasar HMI pada pertengahan Tahun 2008. Sejak itu ia aktif diberbagai kegiatan kemahasiswaan.

Aktif mengikuti dinamika politik kampus, bahkan sering menyuarakan suara rakyat dengan ikut demo di jalanan. Tidak jarang terdengar ucapan dari adik-adik tingkatnya menyebut sosok ini “Abang Tukang Demo”.

Tepat empat tahun ia berhasil menuntaskan pendidikan S1 Komputer meski dengan nilai pas-pasan. Berbekal ilmu organisasi yang didapat di HMI, ia berbeda dengan kawan-kawan seangkatannya.

Kawan-kawan seangkatannya sibuk dengan membuat lamaran pekerjaan keberbagai perusahaan, tetapi ia hanya bersantai saja.
Waktu makin berlalu, kawan-kawan seangkatannya tampak mulai lelah memasukkan lamaran pekerjaan tidak kunjung ada peluang kerja.

Namun, ia tetap terlihat tidak kebingungan. Tiba-tiba saja ia merumuskan konsep membangun sebuah gebrakan.

Ia bermimpi mampu minimal menyelamatkan lima pengangguran (menciptakan lapangan pekerjaan). Menurutnya, seorang pemuda yang telah lulus sarjana tidak mencari pekerjaan. Tetapi menciptakan lapangan pekerjaan.

Mewujudkan gagasan yang menurut kawan-kawan seangkatannya tidak masuk akal itu, ia membangun perusahaan jasa. Jasa pendidikan, pelatihan bahasa pemograman komputer untuk kelas mahasiswa dan pembuatan website serta perbaikan komputer untuk dinas-dinas yang membutuhkan jasanya.

Konsepnya sederhana, ia hanya menghimpun tenaga ahli dibidang komputer dan marketing promosi jasa. Kerja kerasnya bersama tim membuahkan hasil. Dari pekerjaan sederhana itu, ia berhasil mempekerjakan sedikitnya 10 orang.

Melalui lembaga itu, Pusat Pendidikan Ilmu Komputer Bengkulu (P2IKB) mampu mengantarkannya sampai ke pendidikan lanjutan Pascasarjana (S2 Teknologi Pendidikan).

Kurang lebih satu setengah tahun ia berhasil menuntaskan studi S2 di Universitas Bengkulu dengan hasil cukup memuaskan. Saat itu, dia sedang menyusun tesis (Penelitian). Tanpa diduga, ia mendapat panggilan dari salah seorang senior satu ideologinya di HMI (Kanda Dr. Mesterjon, S.Kom, M.Kom).

Mesterjon memintak dia kembali ke Universitas Dehasen Bengkulu. Untuk mengabadikan diri di dunia pendidikan dengan mengajar menjadi seorang dosen.

Selama menjadi dosen, ia salah seorang dosen muda yang berprestasi. Ia salah seorang dosen muda yang mampu mendapatkan penelitian dosen muda dibiayai oleh kemenristek dikti.

Waktu itu, mendapatkan persetujuan dari kemenristek dikti untuk penelitian dosen bukan perkara gampang.

Zona nyaman bekerja sebagai tenaga pendidik, membuat hatinya gelisah. Tampaknya alumni aktivis HMI satu ini selalu berpikir ingin menciptakan karya. Ia berpikir tidak mau bekerja sendiri dengan zona nyaman seperti menjadi dosen. Ia lebih tertarik menciptakan lapangan pekerjaan seperti mimpinya waktu usai menyelesaikan studi S1.

Akhirnya, ia memutuskan diri untuk berhenti mengajar. Ia lebih senang berkarya menulis menjadi wartawan. Empat tahun berlalu ia mempelajari ilmu jurnalistik.

Tahun 2021, pandemi covid-19 mewabah di Bengkulu. Wartawan yang tergabung di Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Bengkulu ini gelisah melihat perekonomian masyarakat lumpuh akibat wabah tersebut.

Pikirannya bergejolak, hatinya gelisah melihat situasi kehidupan masyarakat makin sulit akibat makin mewabahnya virus covid-19. Ia mencoba berpikir mencari solusi membantu pemerintah mengurangi kesulitan tersebut.

Tepatnya di bulan Mei 2021 ia mencoba merumuskan konsep pengembangan perusahaan media. Menurutnya, menciptakan lapangan pekerjaan salah satu cara mempercepat membantu pemerintah keluar dari kesulitan akibat pandemi covid-19. Hal ini berdasarkan pengamatannya dilapangkan banyak masyarakat yang hilang pekerjaan akibat wabah virus covid-19.

Tepat bulan April 2021, konsep pendirian perusahaan media resmi dilegalkan dengan nama PT. Karya Darah Juang. Dalam kurun waktu cukup singkat PT. Karya Darah Juang sudah mampu mempekerjakan sedikitnya 30 orang karyawan yang terdiri dari 4 perwakilan daerah yaitu: Provinsi Bengkulu, Provinsi Palembang, Provinsi Padang dan dan Provinsi Medan.

PT. Karya Darah Juang menaungi satu media siber “Darah Juang Online”. Kami bekerja bersamanya di perusahaan media yang ia bangun dari titik nol.

Dialah Roni Marzuki, salah seorang senior kami yang selalu memberikan pandangan positif untuk arah massa depan. (02/Tommy Agung Raharjo).

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *